Menjaga
kesadaran dan ketaatan Pasca Ramadhan
Muhammad
Adam, S.E.I
-Seorang
Pembelajar-
Bisyr bin Al-Harits Al-Hafi
seorang ulama yang lahir di sebuah desa di Asia tengah pada sekitar tahun 150
Hijrah pernah berkata :
ئْسَ القَوْم لاَ يَعْرِفُوْنَ اللهَ حَقًّا إِلاَّ
فِي شَهْرِ رَمَضَانَ إِنَّ الصَّالِحَ الَّذِي يَتَعَبَّدُ وَ يَجْتَهِدُ
السَّنَةَ كُلَّهَا
Sejelek-jelek kaum adalah yang mengenal Allah di bulan Ramadhan saja. Sesungguhnya orang shalih yang sejati adalah yang beribadah dengan sungguh-sungguh sepanjang tahun.
Memang
Ramadhan tahun ini rasanya berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tidak bisa
dipungkiri bahwa kondisi sosial masyarakat di tengah pandemic COVID-19
terdampak sangat besar. Ibadah di bulan suci ramadhan tahun ini yang merupakan
salah satu pilar agama Islam dan memiliki hikmah ritual maupun sosial tentu
juga akan terpengaruh. Di beberapa kota besar di Indonesia dengan kondisi persebaran
virus yang cukup besar, aktivitas-aktivitas yang mewarnai ibadah ramadhan
semisal tarawih, tadarus bersama sampai dengan aktivitas lain semisal sekedar
buka bersama atau ta’jil yang menjadi aktivitas yang biasa dilakukan
terutama oleh masyarakat Indonesia di bulan paling mulia bagi umat Islam ini
tidak bisa dilakukakn seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun, sesungguhnya
kondisi tersebut tidaklah sedikitpun mempengaruhi kemurnian, kesuciaan dan kemuliaan
Sang penghulu bulan.
Maka,
bagi mereka yang menancapkan Ramadhan kedalam keimanan, ke dalam pemikiran dan
pemahamannya tentu akn tetap memandang bahwa bulan ini adalah bulan yang mulia
dan istimewa, namun bagi mereka yang dari tahun ke tahun menilai Ramadhan hanya
dari sisi ritualitasnya tentu akan merasakan kehampaan yang luar biasa,
pertanyaannya kita termasuk golongan yang mana, tentu hanya kita dan Allah yang
bisa merasakan dan menjawabnya.
Lantas,
bagi orang-orang yang terus mampu mempertahankan keistimewaannya dan tetap
melaksanakan segala aktivitas ibadah di dalamnya dengan penuh semangat keimanan
untuk mencapai derajat ketaqwaan masih terdapat perjuangan lain yang harus
tetap dilakukan setelah bulan ini berakhir. Yaitu menjaga kesadaran, pemahaman
dan ketaatan Pasca bulan Ramadhan ini pergi.
Sebuah
kalimat dari Bisyr bin Harits pada awal tulisan ini, menurut penulis menjadi
sebuah pengingat bahwa Ramadhan adalah bagian dari bonus yang Allah berikan
setiap tahunnya kepada kita sebagai booster untuk menghadapi kesebelas
bulan yang lainnya. Maka tentu di luar bulan Ramadhan baik dalam kondisi Pandemic
maupun normal ada hak-hak Allah yang harus senantiasa kita jaga. Kesadaran
bahwa Allah SWT adalah Dzat Yang Maha Pencipta dan Dzat Yang Maha Pengatur dan
mencatat segala perbuatan kita di dunia harus tetap dijaga pula pada 11 bulan
yang lainnya, Rasa takut akan berkurangnya pahala puasa dan rusaknya amal
seharusnya juga muncul di 11 bulan yang lainnya. Karena Sungguh Allah tidak
hanya mengawasi kita pada bulan tersebut saja, dan sungguh waktu yang harus
dihormati tidak hanya terbatas pada 30 hari di bulan yang disebut suci
tersebut.
Keinginanan
Allah agar hambaNya menjadi hamba yang bertaqwa adalah sebuah pesan implisit
kepada kita untuk tetap menjaga keistiqamahan di bulan yang lain, sebagaimana
firman Allah SWT dalam Q.S Al-Baqarah ayat 2-3 bahwa Al-Qur’an merupakan
petunjuk (Hudan) bagi orang – orang yang bertaqwa yaitu orang-orang yang
beriman kepada yang ghaib, Mendirikan Shalat dan atas rizki yang Allah berikan
kepada mereka merak senantiasa infakkan. Jika kita ingin menelisik, Kata-kata
dalam Ayat tersebut dalam sudut pandang bahasa arab mengindikasikan sebagai
aktivitas perbuatan dengan kategori Fi’l Mudhari yang bermakna ‘sedang
dan atau akan melakukan’ perbuatan tersebut. Maka orang-orang yang bertakwa
yang diamkasud adalah orang-orang yang sedang dan akan terus beriman, sedang
dan akan terus mendirikan shalat, dan sedang dan akan terus menginfakkan
harta-hartanya di jalan Allah SWT.
Dalam
beberapa hadits pun disebutkan bahwa sandingan dari keimanan yang kita jaga
dalam hati dan pemahaman kita adalah keistiqamahan dalam melaksanakan ketaatan
kepada Allah SWT, sebagaimana yang dipesankan oleh baginda Rasulullah SAW saat seorang
bernama Sufyan bin Abdullah bertanya kepada Rasulullah tentang Islam yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim ‘Ya rasulullah, Katakanlah kepadaku tentang
Islam dengan sebuah perkataan yang aku tidak akan menanyakannya kepada
seorangpun kepada selain dirimu. Maka Rasulullah menjawab : Katakanlah,
Aku beriman kepada Allah, kemudian Istiqamahlah’ maka, keimanan yang
menjadi landasan ibadah puasa Ramadhan kita, harus kita ikuti dengan
keistiqamahan pula di sepanjang kehidupan kita.
Perkataan
yang penuh makna di awal ditutup dengan kalimat ‘Sesungguhnya orang shalih
yang sejati adalah yang beribadah dengan sungguh-sungguh sepanjang tahun.’
Maka mari menjaga Keimanan,
kesadaran dan ketaatan kita di sepanjang waktu kehidupan kita yang terbatas
ini, dan kita berdo’a semoga Allah mengampuni kesalahan kita dan memberikan
kita umur panjang yang barakah dan kita diberikan kesempatan untuk bersua
kembali dengan Ramadhan di Tahun-tahun mendatang dengan keadaan yang lebih
baik. Aamiin YRA
Surabaya,
31 May 2020/ 8 Syawwal 1441 H
#Istiqamah
#Ramadhan #Covid19 #Pemuda #Shalih