Minggu, 31 Mei 2020


Menjaga kesadaran dan ketaatan Pasca Ramadhan
Muhammad Adam, S.E.I
-Seorang Pembelajar-

Bisyr bin Al-Harits Al-Hafi seorang ulama yang lahir di sebuah desa di Asia tengah pada sekitar tahun 150 Hijrah pernah berkata :

ئْسَ القَوْم لاَ يَعْرِفُوْنَ اللهَ حَقًّا إِلاَّ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ إِنَّ الصَّالِحَ الَّذِي يَتَعَبَّدُ وَ يَجْتَهِدُ السَّنَةَ كُلَّهَا

Sejelek-jelek kaum adalah yang mengenal Allah di bulan Ramadhan saja. Sesungguhnya orang shalih yang sejati adalah yang beribadah dengan sungguh-sungguh sepanjang tahun.


Memang Ramadhan tahun ini rasanya berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tidak bisa dipungkiri bahwa kondisi sosial masyarakat di tengah pandemic COVID-19 terdampak sangat besar. Ibadah di bulan suci ramadhan tahun ini yang merupakan salah satu pilar agama Islam dan memiliki hikmah ritual maupun sosial tentu juga akan terpengaruh. Di beberapa kota besar di Indonesia dengan kondisi persebaran virus yang cukup besar, aktivitas-aktivitas yang mewarnai ibadah ramadhan semisal tarawih, tadarus bersama sampai dengan aktivitas lain semisal sekedar buka bersama atau ta’jil yang menjadi aktivitas yang biasa dilakukan terutama oleh masyarakat Indonesia di bulan paling mulia bagi umat Islam ini tidak bisa dilakukakn seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun, sesungguhnya kondisi tersebut tidaklah sedikitpun mempengaruhi kemurnian, kesuciaan dan kemuliaan Sang penghulu bulan.

Maka, bagi mereka yang menancapkan Ramadhan kedalam keimanan, ke dalam pemikiran dan pemahamannya tentu akn tetap memandang bahwa bulan ini adalah bulan yang mulia dan istimewa, namun bagi mereka yang dari tahun ke tahun menilai Ramadhan hanya dari sisi ritualitasnya tentu akan merasakan kehampaan yang luar biasa, pertanyaannya kita termasuk golongan yang mana, tentu hanya kita dan Allah yang bisa merasakan dan menjawabnya.
Lantas, bagi orang-orang yang terus mampu mempertahankan keistimewaannya dan tetap melaksanakan segala aktivitas ibadah di dalamnya dengan penuh semangat keimanan untuk mencapai derajat ketaqwaan masih terdapat perjuangan lain yang harus tetap dilakukan setelah bulan ini berakhir. Yaitu menjaga kesadaran, pemahaman dan ketaatan Pasca bulan Ramadhan ini pergi.

Sebuah kalimat dari Bisyr bin Harits pada awal tulisan ini, menurut penulis menjadi sebuah pengingat bahwa Ramadhan adalah bagian dari bonus yang Allah berikan setiap tahunnya kepada kita sebagai booster untuk menghadapi kesebelas bulan yang lainnya. Maka tentu di luar bulan Ramadhan baik dalam kondisi Pandemic maupun normal ada hak-hak Allah yang harus senantiasa kita jaga. Kesadaran bahwa Allah SWT adalah Dzat Yang Maha Pencipta dan Dzat Yang Maha Pengatur dan mencatat segala perbuatan kita di dunia harus tetap dijaga pula pada 11 bulan yang lainnya, Rasa takut akan berkurangnya pahala puasa dan rusaknya amal seharusnya juga muncul di 11 bulan yang lainnya. Karena Sungguh Allah tidak hanya mengawasi kita pada bulan tersebut saja, dan sungguh waktu yang harus dihormati tidak hanya terbatas pada 30 hari di bulan yang disebut suci tersebut.

Keinginanan Allah agar hambaNya menjadi hamba yang bertaqwa adalah sebuah pesan implisit kepada kita untuk tetap menjaga keistiqamahan di bulan yang lain, sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S Al-Baqarah ayat 2-3 bahwa Al-Qur’an merupakan petunjuk (Hudan) bagi orang – orang yang bertaqwa yaitu orang-orang yang beriman kepada yang ghaib, Mendirikan Shalat dan atas rizki yang Allah berikan kepada mereka merak senantiasa infakkan. Jika kita ingin menelisik, Kata-kata dalam Ayat tersebut dalam sudut pandang bahasa arab mengindikasikan sebagai aktivitas perbuatan dengan kategori Fi’l Mudhari yang bermakna ‘sedang dan atau akan melakukan’ perbuatan tersebut. Maka orang-orang yang bertakwa yang diamkasud adalah orang-orang yang sedang dan akan terus beriman, sedang dan akan terus mendirikan shalat, dan sedang dan akan terus menginfakkan harta-hartanya di jalan Allah SWT.

Dalam beberapa hadits pun disebutkan bahwa sandingan dari keimanan yang kita jaga dalam hati dan pemahaman kita adalah keistiqamahan dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT, sebagaimana yang dipesankan oleh baginda Rasulullah SAW saat seorang bernama Sufyan bin Abdullah bertanya kepada Rasulullah tentang Islam yang diriwayatkan oleh Imam Muslim ‘Ya rasulullah, Katakanlah kepadaku tentang Islam dengan sebuah perkataan yang aku tidak akan menanyakannya kepada seorangpun kepada selain dirimu. Maka Rasulullah menjawab : Katakanlah, Aku beriman kepada Allah, kemudian Istiqamahlah’ maka, keimanan yang menjadi landasan ibadah puasa Ramadhan kita, harus kita ikuti dengan keistiqamahan pula di sepanjang kehidupan kita.

Perkataan yang penuh makna di awal ditutup dengan kalimat ‘Sesungguhnya orang shalih yang sejati adalah yang beribadah dengan sungguh-sungguh sepanjang tahun. Maka mari menjaga Keimanan, kesadaran dan ketaatan kita di sepanjang waktu kehidupan kita yang terbatas ini, dan kita berdo’a semoga Allah mengampuni kesalahan kita dan memberikan kita umur panjang yang barakah dan kita diberikan kesempatan untuk bersua kembali dengan Ramadhan di Tahun-tahun mendatang dengan keadaan yang lebih baik. Aamiin YRA

Surabaya, 31 May 2020/ 8 Syawwal 1441 H
#Istiqamah #Ramadhan #Covid19 #Pemuda #Shalih

Sabtu, 30 Mei 2020

Short Review tentang dampak COVID 19 terhadap Perekonomian
Oleh : Muhammad Adam, S.E.I
-Pembelajar Ekonomi Islam-

Kondisi COVID-19 ini tidak hanya berimplikasi kepada sistem kesehatan dunia dan memberikan guncangan kesehatan manusia saja, Ekonomi sebagai bagian dari kehidupan manusia dan aktivitas sehari-harinya dalam memenuhi kebutuhan pun juga mengalami guncangan (Shock) baik dari sisi Pemintaan (Demand) maupun Penawaran (Supply). Tulisan singkat ini mencoba untuk menganalisa dampak COVID-19 terhadap perekonomian baik dari sisi Permintaan secara keseluruhan (Aggregat Demand) maupun dari sisi Penawaran (Aggregat Supply).
Dari aspek permintaan, ada empat Faktor utama yang bisa dijadikan dasar analisis ekonomi secara aggregate, yaitu Konsumsi rumah tangga, Investasi, Pengeluaran Pemerintah serta Ekspor dan Impor. tentu jika secara faktual empat faktor utama dalam permintaan dalam kondisi COVID-19 ini terdampak baik secara langsung maupun tidak langsung, maka Permintaan secara agregat akan mengalami goncangan dan perubahan. Pertama, dari aspek konsumsi rumah tangga COVID-19 sangat berpengaruh terhadap perilaku konsumsi. Jika dilihat secara agregat, selama masa COVID-19 terdapat perubahan perilaku konsumsi masyarakat, hal ini dikarenakan COVID-19 menuntut manusia merubah aktivitasnya sehari-hari, pembatasan ruang gerak and aktivitas sosial akibat masa pandemic ini merubah drastis aktivitas konsumsi. Konsumsi di sektor-sektor yang melibatkan aktivitas sosial menutun sangat drastis, sebut saja transportasi dan wisata, konsumsi di ruang public semisal restoran, café dan tempat makan lainnya, namun pada sektor-sektor kebutuhan konsumsi pokok dan tidak terikat aktivitas sosial semisal bahan pangan pokok cenderung stabil bahkan meningkat, yang paling meningkat pada masa COVID-19 tentu konsumsi pada sektor obat-obatan maupun alat kesehatan selain itu konsumsi telekomunikasi juga mengalami peningkatan seiring dengan aktivitas dan kerja secara online maupun remote dari rumah.
Pada Investasi, COVID-19 juga merubah pola konsumsi, banyak orang yang lebih cenderung melikuidasi dana-dana yang disimpan untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek, sentimen investasi di pasar modal pun di mana-mana mengalami penurunan didorong aspek ketidakpastian yang dimunculkan oleh pandemic. Di Sektor Pengeluaran Pemerintah, kondisi ini mendorong konsumsi pemerintah dalam rangka fokus penanganan ke arah penyelesaian COVID-19. Ekspor dan impot juga akan terdampak oleh COVID-19, hal ini dikarenakan banyaknya Negara yang membatasi keluar masuknya barang dan jasa, kebijakan Lockdown di beberapa Negara tentu berpengaruh terhadap aktivitas ini, namun di Indonesia sendiri dikarenakan COVID-19 baru dimulai pada awal Maret 2020, data BPS menunjukkan bahwa di sektor impor secara bulanan dari Februari justru mengalami peningkatan sebesar 0,23%, walaupun secara YoY turun sebesar 0,20% dari Maret tahun sebelumnya. Prediksi penulis, dampak COVID-19 terhadap ekspor ini akan lebih terlihat nyata pada bulan-bulan selanjutnya terutama akan terlihat pada kuartal kedua di tahun 2020. Pada Masa Pendmi COVID ini secara umum permintaan agregat mengalami penurunan akibat dampak COVID-19, jika berkaca pada Negara-Negara yang telah lebih dulu terkena sangat jelas sekali dampak COVID-19 terhadap aggregate demand memiliki ekses negatif yang tinggi.
Sementara itu, jika dilihat dari sisi Penawaran Agregat, COVID-19 juga sangat berdampak kepada aktivitas produksi perusahaan. Dalam kondisi wabah COVID-19 sekarang penawaran barang berbeda antara satu sektor dengan sektor yang lain, dampak-dampak tersebut antara lain. Pada sektor-sektor produksi dan ekonomi semisal Manufaktur, Otomotif, Pariwisata terjadi penurunan. Hal ini karena memang pertama faktor-faktor produksi semisal Bahan Baku menjadi lebih sulit di dapat, di Indonesia sendiri sebagian besar industri-industri manufaktur misalnya, banyak yang menggunakan bahan baku impor, dengan demikian pasukan bahan baku menjadi lebih langka dan secara langsung mengakibatkan produksi menurun. Selain itu, Faktor produksi semisal Tenaga kerja (Labor) juga terpengaruh, banyak perusahaan menerapkan aktifitas work from home (WFH) sehingga banyak perusahaan yang mengurangi aktivitas produksi karena aktivitas tenaga kerja yang terbatas. Di Sektor Pariwisata juga penawaran terdampak sangat besar, di mana mobilitas semakin kecil dan permintaan menurun drastis, implikasinya harga-harga di sektor ini turun agar menarik permintaan. Dengan demikian, di sektor-sektor yang disebutkan di atas menjadi menurun dikarenakan pengaruh Pandemic ini dikarenakan permintaan yang menurun.
Pada sektor makanan, pertanian, peternakan dan bahan pokok persediaan dan produksi masih tinggi. Beberapa sektor seperti perikanan yang bergantung kepada alam malah cenderung kepada overproduction yang mengakibatkan persediaan banyak dan harga dari nelayan cenderung turun. Penulis pribadi merasakan bahan makanan di pasar tidak terlalu banyak berubah dari sisi penawaran, kecuali makanan-makanan yang ada kaitannya dengan COVID-19. Jahe misalnya, harga yang ditawarkan cenderung meningkat karena ada ‘pemahaman’ bahwa jahe mampu menangkal COVID-19. Namun pada sumber hewani semisal Ayam, harganya malah cenderung turun dengan pasokan yang cukup stabil di pasar tradisional yang masih buka. Jadi pada masa pandemic seperti ini sektor-sektor konsumsi untuk kebutuhan pangan harian masih cenderung stabil dan menguat. Namun, yang menarik adalah penawaran barang-barang yang kaitannya dengan kesehatan, secara kasat mata terlihat seperti fenomena Underproduction di mana kelangkaan barang-barang terjadi.
Secara umum Wrenn-Lewis (2020) misalnya, menerangkan bahwa efek langsung (direct effect) dari sisi produksi disaat terjadi pandemic COVID-19 pada tingkat kuartalan akan menunjukkan dampak yang lebih besar dan mengakibatkan GDP akan turun pada masa kuartal tersebut, pada skala tahunan maka GDP akan lebih kecil terdampaknya, sekitar 1% sampai 2% dari total GDP, bahkan menurutnya walaupun seluruh sekolah tutup dan para pegawai menghindari kerja selama 3 bulan penurunan GDP (GDP Loss) maksimal hanya akan menyentuh angka 5%, pernyataan ini memang rasanya terlihat kontradiksi dengan kondisi lapangan secara langsung bagi yang terdampak dan merasakan implikasinya langsung. Penyebab produsi terdampak adalah karena faktor produksi tenaga kerja yang terkena impact secara langsung dari pendemic.  Pembatasan ruang gerak dan mobilitas para pekerja secara otomatis akan mengakibatkan menurunnya aktivitas produksi dan tentu menurunkan jumlah (output) produksi perusahaan.  Indonesia sendiri dengan COVID-19 dimulai sejak awal maret 2020 memang belum mencapai satu kuartal dan belum bisa dilihat secara langsung impactnya terhadap perekonomian pada kuartal ini, namun jika dirasakan secara langsung, sebenarnya kita sudah bisa merasakan bagaimana dampak COVID-19 ini sari sisi permintaan, terutama pada sektor-sektor yang melibatkan pekerja dan sektor-sektor yang menawarkan produk pada ruang publik dan produk yang terkait mobilitas (wisata, transportasi, pelayanan-pelayanan publik, dsb).
Oleh karea itu, Dari sisi teori penawaran aggregat dalam pandangan penulis kondisi COVID ini akan mempengaruhi Kurva Jangka Pendek dari aggregat Supply (SRAS) namun secara umum tidak mempengaruhi secara jangka panjang, hal ini karena yang terdampak paling tersampak adalah perubahan tenaga kerja dan modal serta dalam kondisi seperti faktor yang mengalami banyak perubahan adalah faktor harga.
Kesimpulannya Pada kondisi COVID-19 ini perekonomian secara aggregate baik dari sisi Permintaan maupun Penawaran akan terdampak negatif. Secara siklus bisnis Negara-negara besar terdampak COVID-19 semisal China, Italia dan Amerika serikat pun telah mengarah kepada Resesi, Namun harapannya kondisi ini tidak bertahan lama dan tidak terlalu dalam, dan setiap elemen masyarakat terutama pemerintah juga memiliki kesiapan untuk menyambut titik balik kondisi ini ke arah recovery dan perbaikan di masa yang akan datang.

#COVID19 #EkonomiIslam #Supply #Demand
Surabaya, 31 May 2020

Senin, 18 November 2019


Muhammad sebagai seorang Pemimpin yang hebat (Great Leader)*
Muhammad Adam
Berbicara kepemimpinan terutama dalam kepemimpinan Islam, sosok Nabi Muhammad SAW adalah sosok yang wajib dibahas, karena merupakan figure utama yang menjadi model kepemimpinan dalam Islam. Dalam Epistemologi ilmu Keislaman, Perilaku (Behaviour) Muhammad SAW adalah bagian dari sumber hukum dan rujukan utama dalam seluruh bidang ilmu. Kehidupan Muhammad SAW merupakan Sunnah yang didefinisikan secara singkat sebagai ‘Jalan’ atau ‘Arah’, dalam arti bahwa perjalanan hidupnya merupakan bagian dari jalan yang harus diikuti oleh seorang muslim (Almoharby & Neal, 2013). Dalam Perkembangan teori Kepemimpinan modern, telah banyak diskusi mengenai prototypes budaya, model asli yang mempengaruhi cara berfikir tentang, cara merespon dan cara melaksanakan kepemimpinan, termasuk diskusi bagaimana sebenarnya bentuk ideal dari kepemimpinan Islami yang membawa kepada kesuksesan sebuah organisasi ataupun komunitas. Dan Sangat mengejutkan bahwa beberapa penulis di luar kalangan muslim menempatkan sosok Muhammad SAW sebagai figur paling berpengaruh dalam pembentukan model kepemimpinan. (beekun, 2012).
Sebagai salah satu yang menunjukkan keistimewaan Muhammad SAW dan para pengikutnya – yang menjadikannya sebagai panutan dan model utama- dalam Al-Qur’an. Dalam Q.S Ali Imran ayat 110 Allah berfirman ‘“Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imron: 110). Aktivitas Kepemimpinan adalah berkaitan dengan aktivitas mempengaruhi dan berhubungan dengan manusia yang lain (Lussier & Achua, 2014) dan Menurut Zuhdi (2014), salah satu asas Islamic Leadership termasuk yang dicontohkan Muhammad SAW adalah Amar ma’ruf Nahi Munkar. Serta pondasi utama dari kepemimpinan Islam tentu nilai Tauhid dan iman kepada Allah.(Zuhdi, 2014) tentu sebagai penghulu dari Umat terbaik tersebut, Muhammad SAW secara logis menjadi Pemimpin terbaik di antara mereka.
Sebagai manusia dalam aspek kepemimpinan, Sosok Muhammad SAW memiliki keistimewaan dan peran ganda, yaitu sebagai seorang rasul (Prophet) dan juga seorang Pemimpin Negara (Statesman). Di bawah kepemimpinan Muhammad Perubahan Budaya dan politik di Jazirah arab pada masanya sangatlah besar, signifikan dan mengakar, dia mengembangkan masyarakat vital yang beriman dan menanamkan visi besar tentang bagaimana seharusnya sebuah masyarakat yang ideal.(Ali, 2009)
Selanjutnya, konsep kepemimpinan ideal dalam Islam dicontohkan secara aktual oleh Muhamad SAW dalam bentuk dan model prophetic leadership. Dalam Ensiklopedi Oxford, Jhon L. Esposito , secara jelas menyatakan bahwa Muhammad SAW adalah seorang Nabi dan Rasul Allah yang telah membangkitkan salah satu peradaban besar di dunia. Michael Hart , seorang penulis non muslim, dengan sangat objektif menempatkan nama Muhammad SAW di urutan pertama tokoh paling berpengaruh sepanjang sejarah dunia “Muhamad adalah satu satunya pemimpin dunia yang sukses sebagai personal, negarawan sekaligus pemimpin spiritual yang agung”. (Zuhdi, 2014)
Semakin mempertegas bahwa dalam diri Muhammad terdapat contoh terbaik dan memberikan hikmah serta I’tibar yang menginspirasi manusia di era kontemporer. Dalam konteks kepemimpinan telah banyak bukti bahwa Muhammad SAW membangun dan mendapatkan kepercayaan dan kedudukan yang terhormat dari kaumnya. (Zuhdi, 2014)
Bentuk kemuliaan itu jika diteliti akan sangat banyak baik sebelum Muhammad diangkat menjadi Rasul maupun sebelumnya, setelah mendapatkan wahyu, perjuangan Muhammad menjadikan Islam sebagai visi kehidupan masyarakat dan mendakwahkannya adalah sebuah perjuangan yang luar biasa. Muhammad tidak hanya menjadi pemimpin umat, tapi sekaligus panglima perangnya, menjadi mufti umat dan penasihat langsung, menjadi hakim dan penggerak organisasi serta pembangun komunikasi antar komunitas masyarakat, suku bahkan antar bangsa. Dalam penetapan keputusan telah terkenal keadilannya dan mempersatukan bangsa-bangsa dan kelompok bahkan kasta yang berbeda sesuai dengan rasionalitas manusia. Dalam hal kemampuan berfikir, visi Muhammad SAW tentang masa depan adalah visi yang luar biasa, setiap keputusannya cepat, tepat, terarah dan konsisten dengan visi dan prinsip yang dibangun. Ia juga menjadi pemimpin yang fasih retorikanya, menjadi sumber ilmu dan membuat bangsa arab takluk dengan segala kepiawaiannya, mengakui kebesaran dan kedahsyatannya, serta menerimanya sebagai seorang pemimpin yang ideal. (Haikal, 2006)
Bahkan, sebagai seorang problem solver, Muhammad mampu menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi komunitasnya dengan kemampuannya tanpa ada konfrontasi dari internal komunitas, walaupun pada dasarnya sifat masyarakat yang dipimpin olehnya merupakan masyarakat yang argumentatif, keras kepala, liar, dan suka melawan. Al-Olaqi (2015) Sebagai seorang pemimpin, Muhammad SAW memiliki kualitas-kualitas luar biasa antara lain: (1) Realism: Pesan dan visi yang dibawa Muhammad (Islam dan Al-Qur’an) tidak bertentangan dengan realitas masyarakat, bahkan menyelesaikan problematika realitas; (2) memiliki kepercayaan dan keyakinan yang tinggi dalam keimanan dan kepercayaannya; (3) Keberanian dan keteguhan personal; (4) tekad yang kuat dan teguh; (5) selalu memeprhatikan pentingnya tanggung jawab yang dipikul; (6) memiliki visi masa depan yang jauh dan memiliki tujuan yang jelas; (7) memahami karakteristik setiap individu pengikut (follower); (8) memiliki karakter yang kuat dan sifat yang patut dipuji; tekun namun fleksibel, memahami situasi, faham kapan harus tegas dan menyesuaikan, selalu jujur, dapat dipercaya, memegang kebaikan (9) tidak ambisius dan tidak menyalahgunakan kekuasaan. (Al-Olaqi, 2015)
Syam (2017) menjelaskan bahwa praktik kepemimpinan yang dilakukan Muhammad Saw pada awal-awal masa perkembangan Islam, menjadi model (prototype) untuk para pemimpin muslim di masa selanjutnya. Muhammad merupakan figur pemimpin social yang mengembangkan kepemimpinan berdasarkan moral yang kuat dan memberikan gambaran kepada kita contoh seorang tokoh yang terhormat dan menjadi contoh dalam berbagai dimensi kehidupan. Lebih lanjut, Muhammad adalah sosok yang (1) Figur yang mampu merasakan dan peka terhadap ketidakadilan, (2) Memimpin dengan sentuhan cinta, empati dan simpati untuk semua manusia, (3) selalu jujur (Shiddiq), (4) Konsisten menjaga amanah (5) memiliki kecerdasan yang brillian (fathanah), (6) selalu transparan (Tabligh). (Syam, 2017)
Dengan demikian, sungguh Muhammad merupakan pemimpin yang luar biasa (great leader) dan perlu dicontoh sifat dan perilakunya sebagai success secret dalam menjalan kepemipinan di era kontemporer saat ini.

* Artikel Kuliah Kepemimpinan Islami
#IslamicEconomics #IslamicLeadership #Islam #Muhammad #Pemimpin

Daftar Pustaka
Al-Olaqi, F. M. T. S. (2015). The Prophet Muhammad’s Leadership: An Islamic View. Advances in Social Sciences Research Journal, 2(9). https://doi.org/10.14738/assrj.29.1454
Ali, A. J. (2009). Islamic perspectives on leadership: a model. International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management, 2(2), 160–180. https://doi.org/10.1108/17538390910965167
Almoharby, D., & Neal, M. (2013). Clarifying Islamic perspectives on leadership. Education, Business and Society: Contemporary Middle Eastern Issues, 6(3–4), 148–161. https://doi.org/10.1108/EBS-02-2011-0008
Lussier, R. N., & Achua, C. F. (2014). Leadership: Theory, Application, & Skill Development (Sixth Edit). Boston, USA: Cengage Learning.
Zuhdi, M. harfin. (2014). Konsep kepemimpinan dalam islam. EDUKASI: Jurnal Pendidikan Islam, 19(01), 35–57. Retrieved from edukasi: Jurnal Pendidikan Islam, Vol 2, No 2 (2014)%0Ahttp://moraref.or.id/record/view/32363


Sabtu, 02 November 2019

My First blog

_Surabaya, 02 November 2019_

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh_
Salam Para Pejuang Ekonomi Islam.

Ini adalah tulisan pertama saya di Blog ini, Saya adalah salah satu orang yang mempunya semangat dan niat besar untuk menulis, tapi minim realisasi. Bukan contoh yang baik memang, tapi mudah-mudahan blog ini ini menjadi sebuah langkah awal untuk mendobrak 'kemalasan' yang senantiasa menghantui hari-hari saya. Mohon doanya kawan-kawan sekalian. "Allahumma innii a'udzubika min al-kasali, Aamiin"

Perkenalkan, Nama saya Muhammad Adam, pada saat tulisan ini dibuat, saya adalah seorang laki-laki biasa bagai remah-remah 'rengginang' di dalam sebuah toples. Mendapat kemuliaan menjadi seorang muslim dan mencoba memperjuangkannya dan memegangnya sekuat tenaga, Semoga Allah menguatkan kita semua yang telah mendapat amanah kemuliaan ini. Seperti kata Rasulullah SAW, bahwa 'Islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi daripada Islam'. Maka Sungguh diri ini menyadari betapa lemah dan hinanya kita sebagai manusia jika tanpa Kemuliaan tertinggi yang Allah amanahkan kepada kita. Oleh karena itu, semoga dengan segala kelemahan dan kekurangan ini Allah beri kekuatan untuk bisa terus istiqamah dalam memegang Islam dengan segala kemuliaannya.

Saya adalah salah seorang pembelajar Ekonomi Islam, berusaha menjadi seorang pendakwah di Tengah eksisnya Ekonomi Kapitalisme dunia yang berbasis pada transaksi ribawi, salah satu aktivitas dosa besar yang membawa petaka bagi dunia, maka saya jatuh cinta dengan Ekonomi Islam, karena bagi saya, belajar dan mendakwahkan Ekonomi Islam adalah bagian dari perang melawan riba dan kroni-kroninya. :D

Maka, bagi kalian kawan-kawan yang membaca blog ini, semoga kita satu frekuensi, satu pemikiran dan perjuangan dalam memerangi salah satu dosa terbesar manusia ini.

Nb: blog ini dibuat untuk menyimpan, belajar dan berdakwah tentang segala hal yang berkaitan dengan Ekonomi, Islam dan Ekonomi Islam.

Semoga Allah memberikan keberkahan untuk kita semua, Aamiin

#EkonomiIslam #Kapitalisme #Riba #NovemberRain

Menjaga kesadaran dan ketaatan Pasca Ramadhan Muhammad Adam, S.E.I -Seorang Pembelajar- Bisyr bin Al-Harits Al-Hafi seorang ulama ...